abstraks:
PAULINUS FERRY, Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Keriting (Brassica Juncea L.) Dalam Polybag, dibawah bimbingan Ibu Ir. Suryantini, MP sebagai Pembimbing Pertama dan Ibu Ir. Sri Rahayu, MSi sebagai Pembimbing Kedua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.). Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan cahaya lampu waktu panen dapat lebih dipercepat.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pak Benceng Gg. Morodadi 3 No. 4C Pontianak. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 25 September 2007 dan dilaksanakan di dalam ruangan.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor tunggal yaitu pengaruh cahaya, dengan lima taraf perlakuan yaitu cahaya Putih (p0), Merah (p1), Jingga (p2), Biru (p3) dan Ungu (p4) kemudian diulang sebanyak empat kali. Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain pertama adalah pertumbuhan tanaman sawi keriting yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Kedua adalah faktor lingkungan yaitu suhu udara (oC), kelembaban (%), dan frekuensi umur tanaman.
Dari hasil penelitian pada umur 21 Hari Setelah Tanam (HST) didapat bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1075 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 3,915 helai.
Sedangkan dari hasil penelitian pada umur 28 Hari Setelah Tanam (HST) didapatkan bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1575 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 4,125 helai.
Untuk frekuensi umur tanaman didapatkan bahwa tanaman yang ditanam dengan perlakuan cahaya jingga (p2) dan cahaya ungu (p4), paling cepat mengalami kematian. Sedangkan untuk umur panen tanaman sawi keriting ini lebih cepat dari pada umur panen pada keadaan normalnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.). Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan cahaya lampu waktu panen dapat lebih dipercepat.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pak Benceng Gg. Morodadi 3 No. 4C Pontianak. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 25 September 2007 dan dilaksanakan di dalam ruangan.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor tunggal yaitu pengaruh cahaya, dengan lima taraf perlakuan yaitu cahaya Putih (p0), Merah (p1), Jingga (p2), Biru (p3) dan Ungu (p4) kemudian diulang sebanyak empat kali. Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain pertama adalah pertumbuhan tanaman sawi keriting yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Kedua adalah faktor lingkungan yaitu suhu udara (oC), kelembaban (%), dan frekuensi umur tanaman.
Dari hasil penelitian pada umur 21 Hari Setelah Tanam (HST) didapat bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1075 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 3,915 helai.
Sedangkan dari hasil penelitian pada umur 28 Hari Setelah Tanam (HST) didapatkan bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1575 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 4,125 helai.
Untuk frekuensi umur tanaman didapatkan bahwa tanaman yang ditanam dengan perlakuan cahaya jingga (p2) dan cahaya ungu (p4), paling cepat mengalami kematian. Sedangkan untuk umur panen tanaman sawi keriting ini lebih cepat dari pada umur panen pada keadaan normalnya.
A. Latar Belakang
Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, jenis sayuran ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai jenis tanaman sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial dalam usaha bisnis sayur-sayuran (Haryanto, 2003).
Menurut Rukmana (1994), produksi tanaman sayuran di Indonesia serta luas panen sawi dan petsai mencapai 45.886 Ha, dengan produksi 322.164 Ton dan rerata produksi sayuran per hektar 89,82 Kwintal. Sedangkan produksi petani tanaman sawi di Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2006 adalah 5657 Ton dari luas panen 2271 hektar dan produktivitas rerata 2,49 Ton per hektar (Dinas Tanaman Pangan Kalimantan Barat, 2006).
Menurut Haryanto (2003), tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat dibudidayakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.meskipun begitu tanaman sawi akan lebih baik jika ditanam didataran tinggi. Berhubung selama pertumbuhannya tanaman sawi memerlukan suhu yang rendah, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Tanaman ini tidak senang pada air yang menggenang dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain. Tidak hanya sebagai sumber energi primer tetapi karena bepengaruh terhadap keadaan faktor-faktor yang lain seperti suhu, kelembaban dan angin (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran berhubungan dengan jenis tanaman menurut panjang hari. Jenis tanaman hari panjang dan tanaman hari pendek dirangsang pembungaannya dengan perlakuan penyinaran. Perlakuan penyinaran dilakukan dengan menggunakan lampu neon dengan intensitas cahaya berkisar 70 – 200 lux. Jadi penanaman yang dilakukan tanpa menggunakan sinar matahari dapat dilakukan dengan mengganti sumber cahaya matahari dengan menggunakan cahaya buatan seperti cahaya lampu, sehingga penanaman suatu tanaman diharapkan dapat dilakukan diluar musim tanamnya.
B. Masalah Penelitian
Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang berperan dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis antara lain sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk membentuk reduktan dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2 menjadi C6H12O6 (Ariffin, 1989).
Menurut Fitter dan Hay (1992), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respon metabolik yang langsung dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.
Cahaya yang berperanan dalam fotosintesis jika dilihat dari sifat gelombangnya adalah cahaya yang masuk dalam ukuran PAR (Photocintetic Active Radiation) atau yang biasanya dikenal dengan cahaya tampak (vicible light). PAR ini hanya menduduki 45 persen dari total radiasi matahari dan hanya radiasi dengan panjang 0,4 – 0,7 mikron yang aktif digunakan dalam proses fotosintesis (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran terhadap tanaman hari panjang berbeda dengan tanaman hari pendek. Pada tanaman hari panjang rekayasa pembungaan dapat dilakukan dengan menambah lamanya penyinaran sekitar 4-6 jam sehari atau disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Ariffin (1989), radiasi matahari terdiri dari radiasi ultra violet, cahaya tampak dan infra merah. Spektrum dari radiasi cahaya tampak terdiri dari berbagai jenis warna, namun karena cahaya yang datang dari matahari itu berjalan dengan berputar-putar maka terjadilah pembauran warna, akibatnya yang terlihat adalah warna putih, adapun warna yang terkandung dalam cahaya tampak diantaranya disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Jenis Warna Cahaya Tampak dan Interval Panjang Gelombangnya
Jenis Warna Interval Panjang Gelombang ( m)
Violet-ungu 0,390 - 0,455
Biru gelap 0,455 - 0,485
Biru terang 0,485 - 0,505
Hijau 0,505 - 0,550
Hijau kekuning-kuningan 0,550 - 0,575
Kuning 0,575 - 0,585
Jingga 0,585 - 0,620
Merah 0,620 - 0,760
Sumber : Ariffin, 1989.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.), selain itu juga untuk mengetahui umur panen tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.) apakah lebih cepat, tetap ataukah lebih lama dari umur panen normal sawi keriting pada umumnya.
abstraks:
PAULINUS FERRY, Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Keriting (Brassica Juncea L.) Dalam Polybag, dibawah bimbingan Ibu Ir. Suryantini, MP sebagai Pembimbing Pertama dan Ibu Ir. Sri Rahayu, MSi sebagai Pembimbing Kedua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.). Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan cahaya lampu waktu panen dapat lebih dipercepat.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pak Benceng Gg. Morodadi 3 No. 4C Pontianak. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 25 September 2007 dan dilaksanakan di dalam ruangan.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor tunggal yaitu pengaruh cahaya, dengan lima taraf perlakuan yaitu cahaya Putih (p0), Merah (p1), Jingga (p2), Biru (p3) dan Ungu (p4) kemudian diulang sebanyak empat kali. Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain pertama adalah pertumbuhan tanaman sawi keriting yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Kedua adalah faktor lingkungan yaitu suhu udara (oC), kelembaban (%), dan frekuensi umur tanaman.
Dari hasil penelitian pada umur 21 Hari Setelah Tanam (HST) didapat bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1075 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 3,915 helai.
Sedangkan dari hasil penelitian pada umur 28 Hari Setelah Tanam (HST) didapatkan bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1575 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 4,125 helai.
Untuk frekuensi umur tanaman didapatkan bahwa tanaman yang ditanam dengan perlakuan cahaya jingga (p2) dan cahaya ungu (p4), paling cepat mengalami kematian. Sedangkan untuk umur panen tanaman sawi keriting ini lebih cepat dari pada umur panen pada keadaan normalnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.). Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan cahaya lampu waktu panen dapat lebih dipercepat.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pak Benceng Gg. Morodadi 3 No. 4C Pontianak. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 25 September 2007 dan dilaksanakan di dalam ruangan.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor tunggal yaitu pengaruh cahaya, dengan lima taraf perlakuan yaitu cahaya Putih (p0), Merah (p1), Jingga (p2), Biru (p3) dan Ungu (p4) kemudian diulang sebanyak empat kali. Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain pertama adalah pertumbuhan tanaman sawi keriting yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Kedua adalah faktor lingkungan yaitu suhu udara (oC), kelembaban (%), dan frekuensi umur tanaman.
Dari hasil penelitian pada umur 21 Hari Setelah Tanam (HST) didapat bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1075 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 3,915 helai.
Sedangkan dari hasil penelitian pada umur 28 Hari Setelah Tanam (HST) didapatkan bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1575 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 4,125 helai.
Untuk frekuensi umur tanaman didapatkan bahwa tanaman yang ditanam dengan perlakuan cahaya jingga (p2) dan cahaya ungu (p4), paling cepat mengalami kematian. Sedangkan untuk umur panen tanaman sawi keriting ini lebih cepat dari pada umur panen pada keadaan normalnya.
A. Latar Belakang
Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, jenis sayuran ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai jenis tanaman sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial dalam usaha bisnis sayur-sayuran (Haryanto, 2003).
Menurut Rukmana (1994), produksi tanaman sayuran di Indonesia serta luas panen sawi dan petsai mencapai 45.886 Ha, dengan produksi 322.164 Ton dan rerata produksi sayuran per hektar 89,82 Kwintal. Sedangkan produksi petani tanaman sawi di Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2006 adalah 5657 Ton dari luas panen 2271 hektar dan produktivitas rerata 2,49 Ton per hektar (Dinas Tanaman Pangan Kalimantan Barat, 2006).
Menurut Haryanto (2003), tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat dibudidayakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.meskipun begitu tanaman sawi akan lebih baik jika ditanam didataran tinggi. Berhubung selama pertumbuhannya tanaman sawi memerlukan suhu yang rendah, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Tanaman ini tidak senang pada air yang menggenang dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain. Tidak hanya sebagai sumber energi primer tetapi karena bepengaruh terhadap keadaan faktor-faktor yang lain seperti suhu, kelembaban dan angin (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran berhubungan dengan jenis tanaman menurut panjang hari. Jenis tanaman hari panjang dan tanaman hari pendek dirangsang pembungaannya dengan perlakuan penyinaran. Perlakuan penyinaran dilakukan dengan menggunakan lampu neon dengan intensitas cahaya berkisar 70 – 200 lux. Jadi penanaman yang dilakukan tanpa menggunakan sinar matahari dapat dilakukan dengan mengganti sumber cahaya matahari dengan menggunakan cahaya buatan seperti cahaya lampu, sehingga penanaman suatu tanaman diharapkan dapat dilakukan diluar musim tanamnya.
B. Masalah Penelitian
Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang berperan dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis antara lain sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk membentuk reduktan dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2 menjadi C6H12O6 (Ariffin, 1989).
Menurut Fitter dan Hay (1992), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respon metabolik yang langsung dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.
Cahaya yang berperanan dalam fotosintesis jika dilihat dari sifat gelombangnya adalah cahaya yang masuk dalam ukuran PAR (Photocintetic Active Radiation) atau yang biasanya dikenal dengan cahaya tampak (vicible light). PAR ini hanya menduduki 45 persen dari total radiasi matahari dan hanya radiasi dengan panjang 0,4 – 0,7 mikron yang aktif digunakan dalam proses fotosintesis (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran terhadap tanaman hari panjang berbeda dengan tanaman hari pendek. Pada tanaman hari panjang rekayasa pembungaan dapat dilakukan dengan menambah lamanya penyinaran sekitar 4-6 jam sehari atau disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Ariffin (1989), radiasi matahari terdiri dari radiasi ultra violet, cahaya tampak dan infra merah. Spektrum dari radiasi cahaya tampak terdiri dari berbagai jenis warna, namun karena cahaya yang datang dari matahari itu berjalan dengan berputar-putar maka terjadilah pembauran warna, akibatnya yang terlihat adalah warna putih, adapun warna yang terkandung dalam cahaya tampak diantaranya disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Jenis Warna Cahaya Tampak dan Interval Panjang Gelombangnya
Jenis Warna Interval Panjang Gelombang ( m)
Violet-ungu 0,390 - 0,455
Biru gelap 0,455 - 0,485
Biru terang 0,485 - 0,505
Hijau 0,505 - 0,550
Hijau kekuning-kuningan 0,550 - 0,575
Kuning 0,575 - 0,585
Jingga 0,585 - 0,620
Merah 0,620 - 0,760
Sumber : Ariffin, 1989.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.), selain itu juga untuk mengetahui umur panen tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.) apakah lebih cepat, tetap ataukah lebih lama dari umur panen normal sawi keriting pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar